Minggu, 17 Oktober 2010

LAPORAN RESMI FARMASETIKA II


I.      Tujuan Praktikum
Ø      Mengenal sediaan tetes mata
Ø      Membuat Sediaan tetes mata

II.    Dasar Teori
Guttae Ophthalmicae atau tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir di sekitar kelopak mata dan bola mata. Tetesmata berair umumnya dibuat menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutama fenilraksa (II) nitrat atau fenilraksa (II) asetat 0,002 % b/v, benzalkonium klorida 0.01 % b/v atau klorheksidina asetat 0,01 % b/v, yang pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya selama tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. Benzalkonium klorida tidak cocok digunakan sebagai zat pengawet untuk tetes mata yang mengandung anestetikun lokal. Tetes mata berupa larutan harus jernih, bebas zarah asing, serat dan benang.
Kecuali dinyatakan lain, tetes mata dibuat dengan cara berikut:
1.      Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan Cara sterilisasi A yang tertera pada injectiones.
2.      Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan didterilkan dengan Cara sterilisasi C yang tertera pada Injectiones, masukkan ke dalam wadah secara aseptik dan tutup rapat.
3.      Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan Cara sterilisasi B yang tertera pada injectiones.
Semua alat yang digunakkan untuk pembuatan tetes mata, begitu juga wadahnya, harus bersih betul sebelum digunakan, jika perlu disterilkan.
Kejernihan harus memenuhi syarat kejernihan yang tertera pada Injectiones.
Sterilitas harus memenuhi Uji Sterilitas yang tertera pada Uji keamanan hayati.
Penyimpanan dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume 10 ml, dilengkapi dengan penetes.
Penandaan pada etiket juga harus tertera “Tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibuka”.
Cara Sterilisasi
Sediaan disterilkan dengan cara berikut:
A.    Pemanasan dalam otoklaf
Sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah yang tidak lebih dari 100 ml. Sterilisasi dilakukan denganuap air jenuh pada suhu 115° sampai 116° selama 30 menit.
Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, waktu sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 115° sampai 116° selama 30 menit.
B.      Pemanasan dengan bakterisida
Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat dalam larutan klorkresol P 0,2 % b/v dalam aqua bidest atau larutan bakterisida yang cocok untuk air untuk tetes mata. Isikan ke dalam wadah, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 98° sampai 100° selama 30 menit. Jika volume wadah lebih dari 30 ml, waktu sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 98° sampai 100° selama 30 menit. Jika dosis tunggal injeksi yang digunakkan secara intravenus lebih dari 15 ml, pembuatan tidak dilakukan dengan cara ini. Injeksi digunakan secara intrateka, intrasisterna, atau peridura tidak boleh dibuat dengan cara ini.
C.    Penyaringan
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah akhir yang steril, kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptic.
D.    Pemanasan kering
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah cemaran. Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, waktu 1 jam dihitung setelah seluruh isi tiap wadah mencapai 150°. Wadah yang tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptic.
       Teknik Aseptik
Proses aseptik adalah cara pengurusan bahan steril menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran kuman hingga seminimum mungkin,
Teknik aseptik dimaksudkan untuk digunakkan dalam pembuatan tetes mata yang tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir, karena ketidakmantapan zatnya. Teknik ini tidak mudah diselenggarakan dan tidak ada kepastian behwa hasil akhir sesungguhnya steril. Sterilitas hasl akhir hanya dapat disimpulkan, jika hasil itu telah memenuhi syarat Uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati. Teknik aseptic menjadi hal yang penting sekali diperhatikan pada waktu melakukan sterilisasi mengginakan Cara sterilisasi C dan D sewaktu memindahkan atau memasukan bahan steril ke dalam wadah akhir steril. Dalam hal tertentu, untuk meyakinkan terjadinya cemaran atau tidak sewaktu memindahkan atau memasukkan cairan steril ke dalam wadah steril menggunakan cara ini, perlu diuji dengan cara sebagai berikut:
Ø      Ke dalam salah satu wadah masukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan steril.
Ø      Tutup wadah dan eramkan pada suhu 32° selama 7 hari
Ø      Jika terjadi pertumbuhan kuman, menunjukkan adanya cemaran yang terjadi pada waktu memasukkan atau memindahkan cairan ke dalam wadah akhir
III.  Pemerian dan Khasiat Bahan
No.
Nama Bahan
Khasiat
Pemerian
Keterangan
1.
Atropini Sulfas
Parasimpatolitikum
Hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak berbau sangat pahit: sangat beracun.
FI III Hal. 99
2.
Acidum Boricum
Antiseptikum Ekstern
Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian manis.
FI III Hal. 49
3.
Ephedrini Hydrochloridum
Simpatomimeti-kum
Hablur putih atau serbuk putih halus; tidak berbau; rasa pahit
FI III Hal. 236
3.
Chlorbutanolum
Sedativum; pengawet; anestetikum lokal
Hablur; tidak berwarna; bau dan rasa khas apek dan agak mirip kamfer, mudah menguap
FI III Hal. 146
4.
Hyoscini Hydrobromidum
Parasimpatolitikum; sedativum
Hablur rombik tadak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; sangat pahit; sangat beracun
FI III Hal. 299
5.
Natrii Chloridum
Sumber Ion klorida dan ion natrium
Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin.
FI III Hal. 403
6.
Aqua bidest
Zat Tambahan
Cairan, jernih, tidak berwarna; tidak berbau
FI IV Hal. 112
7.
Pilocarpini Hydrochloridum
Parasimpatomimetikum; miotikum
tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa agak pahit; higroskopik.
FI III Hal. 498
8.
Promethazini Hydrochloridum
Anti Histaminum
Serbuk hablur; putih agak kekuningan; tidak berbau.
FI III Hal. 526
9.
Dinatrii  Hydrogenphospat
Zat tambahan
Hablur tidak berwarna; tidak berbau; rasa asin; dalam udara kering merapuh
FI III Hal. 227
10.
Natrii Dihydrogenphospat
Zat tambahan
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asam dan asin.
FI III Hal. 409
11.
Pilocarpini Nitras
Parasimpatomime-tikum
Hablur tidak barwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit, sangat beracun
FI II Hal. 499

IV.               Penulisan Resep
1.      Resep Asli
Dokter                       : Ahmad Setiawan
Alamat                     : Jl. Berlian 45 Cirebon
SIP                   : 073/Kanwil/Diklat/91
No. 01                Tanggal 22 – 09 - 2010
R/   Atropin Sulfat  0,200
       Acid Boric                      0,150
       Mf. guttae opht isot 20 ml
       S 2 dd gtt I od

Pro : Ny. Yuanita
2.      Kelengkapan Resep           : Paraf Dokter
3.      Resep Standar                     : -
4.      Penggolongan obat          : Atropin Sulfat termasuk obat keras
5.      Usul                              : Dispensasi tidak melakukan sterilisasi

6.      Perhitungan Isotonis          :

ptb
%
FI III Halaman 912
Atropin Sulfat
0,074
1 %
Acid Boric
0,288
0,75%
        = 0,399 per 100 ml
                       = 0,0798
7.      Perhitungan penimbangan obat :
1)     Atropin Sulfat                 : 0,2 + 10% = 0,220
2)     Acidum Boricum Kristal           : 0,15 + 10% = 0,165
3)     Natrium Klorida              : 0,0798 + 10% = 0,087 ~ 0,090
4)     Aqua bidest ad 22 ml
8.      Penimbangan obat :
1)     Atropin Sulfat                 : 0,220
2)     Acidum Boricum Kristal           : 0,165
3)     Natrium Klorida              : 0,090
4)     Aqua bidest ad 22 ml
5)     Cara Pembuatan :
9.      Kalibrasi botol 20 ml
1)     Larutkan Acidum boricum cristal dalam aquam, dinginkan
2)     Larutkan Atropin Sulfas dan NaCl dalam aqua bidest
3)     Larutan dicampur menjadi satu, tambahkan aqua bidest ad 22 ml
4)     Saring, hasil saringan pertama dibuang. Berikutnya ditampung dalam botol ad 20 ml
10. Warna Etiket                        : Biru
11. Gambar Etiket                     :
AKFAR MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Cideng Indah No 3 Telp. 230984
APOTEKER : Drs. H. AFFAIR MASNUN
S I K : 4 3 9 7 B
TGL. 22 – 09 – 2010             No. 01
Ny. Yuanita
Sekali 2 kali I tetes pada mata kanan

OBAT LUAR

12. Label   :
TIDAK BOLEH DIULANG
TANPA RESEP DOKTER
13. Kemasan       : Botol

1.      Resep Asli
Dokter           : Abdullah
Alamat         : Jl. PErkutut No. 81 Cirebon
SIP                   : 061/Kanwil/Diklat/1987
No. 06                Tanggal 04 – 10 - 2010
R/   Prometazin HCl
       Efedrin HCl        aa 0,100
       Mf. guttae opht isot
       Dapar Phosfat pH 6,5 20 ml
       S 2 dd gtt I ods

Pro : Virra
2.      Kelengkapan Resep         : Paraf Dokter
3.      Resep Standar                    : -
4.      Penggolongan obat        : Atropin Sulfat termasuk obat keras
5.      Usul                             : Dispensasi tidak melakukan sterilisasi
6.      Perhitungan Isotonis         :

ptb
%
FI III Halaman 912
Prometazin HCl
0,104
0,5 %
Acid Boric
0,165
0,5%

NaCl                           0,50
Dapar Tanpa NaCl     0,9  0,50 = 0,40
 
             0,669 per 100 ml
NaCl yang ditambahkan  0,669 – o,4 = 0,269 per 100 ml
Untuk 20 ml =  = 0,054

7.      Perhitungan penimbangan obat :
1)     Prometazin HCl              : 0,1 + 10% = 0,110
2)     Efedrin HCl                                  : 0,1 + 10% = 0,110
3)     Natrium Hidrogen Phosfat     : 0,8% x 70/100 x 20 = 0,112 + 10 % = 0,123
4)     Dinatrium Hidrogen Phosfat: 0,947% x 30/100 x 20 = 0,0568 + 10 % = 0,062
5)     Natrium Klorida              : 0,0538 + 10% = 0,059
6)     Aqua bidest ad 22 ml
8.      Penimbangan obat :
1)     Prometazin HCl                         :0,110
2)     Efedrin HCl                                 : 0,110
3)     Natrium Hidrogen Phosfat    : 0,123
4)     Dinatrium Hidrogen Phosfat : 0,062
5)     Natrium Klorida                                    : 0,059
6)     Aqua bidest ad 22 ml
9.      Cara Pembuatan :
1)     Kalibrasi botol 20 ml
2)     Buat Larutan dapa Phosfat
·      Larutkan Natrium Dihidrogen Phosfat dengan sebagian aqua bidest
·      Larutkan Dinatrium Hidrogen Phosfat dalam sebagian aqua bidest
·      Campur larutan
3)     Larutkan Efedrin HCl dalam aquam, dinginkan
4)     Larutkan Prometazin HCl dan NaCl dalam aqua bidest
5)     Semua larutan dicampur menjadi satu, tambahkan aqua bidest ad 22 ml
6)     Saring, hasil saringan pertama dibuang. Berikutnya ditampung dalam botol ad 20 ml
10. Warna Etiket                       : Biru
11. Gambar Etiket                   :
AKFAR MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Cideng Indah No 3 Telp. 230984
APOTEKER : Drs. H. AFFAIR MASNUN
S I K : 4 3 9 7 B
TGL. 4 – 10 – 2010               No. 05
Virra
Sekali 2 kali I tetes pada mata kanan
dan kiri
OBAT LUAR



12. Label  :
TIDAK BOLEH DIULANG
TANPA RESEP DOKTER
13. Kemasan      : Botol
V.  Daftar Pustaka
Ø   Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta
Ø   Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar